Hari itu adalah hari dimana ketika sesosok yang telah mengenalkanku pada sesuatu yang selama ini sering aku impikan, hari dimana aku bertemu dengan seseorang yang akan merubah kehidupanku kelak dan aku akan dijadikan miliknya.
Seperti biasa, setiap hari aku selalu di sibukkan dengan tugas-tugas yang tak hentinya selalu ada di setiap hari. Entah itu mengenai Ramuan, Ramalan, Mantra, Rune Kuno maupun Arithmancy. Well, walaupun Arithmancy tidak masuk ke dalam daftar kelas pilihanku, tapi aku ingin sekali mempelajarinya dan karena itulah sering kali kini aku menghabiskan waktu di perpustakaan walau hanya untuk sekedar mencari buku Arithmancy yang menarik untuk kubaca.Mencari buku Arithmancy di sela-sela buku yang lainnya memang tidak semudah mencari buku mantra yang tentunya cukup banyak di perpustakaan ini. Jika saja aku memilih untuk bertanya pada Madam Pince, pasti aku akan menemukannya namun aku tidak melakukannya. Bukan, bukannya aku tidak suka jika harus menuju meja madam Pince, tapi aku hanya sungkan karena hampir setiap waktu aku selalu bertanya pada belia dan menurutku mungkin akan lebih baik jika aku berusaha untuk mencarinya sendiri.
Waktu telah berlalu cukup lama hingga aku menemukan buku selain buku Arithmancy yang ku cari, yaitu aku menemukan buku yang sangat menarik perhatianku kala itu, sejarah tentang makhluk-makhluk yang sering kali di anggap hanya mitos belaka di dunia muggle namun benar-benar nyata di dunia sihir, seperti naga. Well, alasan mengapa aku tertarik dengan buku ini adalah karena aku memang sangat suka sekali dengan hal yang berbau seperti ini, dan juga aku bercita-cita sebagai seorang sejarawan—yang tentu saja tidak akan terlalu jauh dengan hal-hal yang berbau jaman dahulu termasuk binatang-binatang tersebut. Dua buku yang bisa dibilang tidak cukup tipis untuk ku bawa sendiri dan hal ini membuatku sadar bahwa aku tidak bisa menambah buku lagi untuk kupinjam, well dan aku memutuskan untuk membacanya sebentar namun hal itu tidak jadi ku lakukan karena ku pikir membaca di halaman pasti akan lebih menyenangkan dengan di temani oleh angin musim gugur di Hogwarts ini.
Berjalan dengan sedikit kesusahan ketika menuruni tangga terlebih ketika tangga-tangga itu berpindah seenaknya saja membuatku harus lebih teliti ketika melangkahkan kaki untuk melewati tangga tersebut hingga akhirnya aku sampai di Aula Depan dan terus saja aku berjalan menuju halaman, tenpat tujuanku bermuara. Memikirkan hal-hal yang mungkin aku temui dari buku-buku itu tentang naga mungkin? Ah, aku jadi teringat tentang cita-cita Reine yang ingin sekali menjadi seorang Penjinak Naga. Well, awalnya aku juga ingin punya cita-cita seperti gadis yang rambutnya sama seperti Bebeth—hanya saja berbeda warna menurutku—gadis Gryffindor yang selalu nampak ceria ketika aku bertemu dengannya. Soal cita-cita itu memang aku ingin seperti itu, namun aku pikir aku ini memang ceroboh, dan aku juga tahu bahwa tugas sebagai seorang Penjinak naga itu bukan hal yang mudah, dan tentu saja ku pikir aku bukan orang seperti itu. Dan tepat pada saat aku berpikir bahwa aku ceroboh, aku tersandung oleh sesuatu, sesuatu yang tak kusadari bahwa aku telah menyandungnya. Aku tersungkur, dua buah buku yang ku bawa terjatuh—tapi tidak terlempar—tepat di depan kepalaku.Kakiku merasakan bahwa yang kusandung tadi bukanlah seonggok batu atau pun hewan, melainkan kaki? Cepat-cepat aku duduk membenarkan posisi dan buku-buku itu, segera ku lontarkan kata maaf yang ku tujukan pada seseorang yang kusandung tadi. Aku menatap wajahnya, datar sekali sehingga aku pikir mungkin orang itu merasa terganggu dengan kecerobohanku yang tidak bisa ku hilangkan begitu saja. Aku semakin gugup terlebih ketika pemuda itu tidak merubah ekspresinya, masih datar. Aku tak ingin membuat keributan di situ, terlebih aku adalah Putrian Pebbles, seorang Ravenclaw, tak baik jika membuat sebuah keributan yang sebenarnya tak baik jika hal seperti ini di ributkan, maka aku bertanya padanya namun masih dengan ekspresi gugup, tak tahu dia berasal dari asrama mana, tapi yang jelas aku berharap dia tidak galak dan mengadu apa-apa terhadap kecerobohanku tadi.
Ingin sekali ku berdiri, namun lututku terasa ngilu. Memang benar jika sedari tadi aku menundukkan kepalaku, tapi aku sama sekali tak memperhatikan bahwa ada darah yang keluar dari lutuku. Pasti benturan tadi sangat keras sehingga menjadi luka begini.Sementara aku mengamati luka di lututku, aku mendengar orang ku tabrak tadi mulai mengeluarkan suara, namun bukan suara yang menyatakan bahwa sebenarnya dia tidak apa-apa melainkan suara tawa. Ingin rasanya marah, namun tidak bisa karena memang itu bukan sifatku dan yang ku lakukan hanya menunduk—dan kali ini aku benar-benar merasa bodoh dengan hal itu setelah melakukan kecerobohan yang pertama hingga akhirnya pemuda itu menyadarai bahwa lututku terluka lalu mengeluarkan sapu tangan dari sakunya. Aku ragu, bukannya menolak, hanya saja selain karena memang aku malu dengan kecerobohanku, aku juga tak ingin terlihat merepotkan. Tanganku masih sedikit gemetar ketika ingin meraih sapu tangan itu hanya saja sang pemuda lebih dulu menggantikan posisi tanganku untuk menyeka luka tersebut. Aku hanya bisa sesekali tersenyum mendapat perlakuan seperti itu dari seorang pemuda yang nampaknya belum pernah aku temu sebelumnya. Tanpa ku sadari mulut ini mengeluarkan rasa kagumku padanya, rasa kagum terhadap seseorang yang mau membantu orang lain yang tentu saja belum dia kenal. Well, mungkin ini memang masih di lingkungan Hogwarts, hanya saja di kastil ini ada banyak sekali orang yang terdapat di dalamnya.
Aku melihatnya menahan tawa ketika aku mengatakan tentang kebodohan dan kecerobohanku. Konyol memang, tapi setidaknya aku senang bisa menceritakan sesuatu dan mengeluarkan apapun yang ingin ku katakan tanpa di pendam. Mengambil posisi duduk di samping sang pemuda, dan merasa nyaman sekali berbincang dengan pemuda itu, rasa canggung yang ada sebelumnya pun menghilang. Terlebih ketika aku sadar dan mengetahui bahwa dia adalah sepupu Ran Rainyvow, sahabatku dari asrama yang sama dengan pemuda ini sampai-sampai aku lupa untuk memperkenalkan diri. Yeah, perkenalan terasa begitu singkat, dan aku pun mengetahui namanya, Vaseay Harper.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar