Selasa, 05 Juni 2012

AKU NGGAK BISA TIDUUUUUURRR!!!!!!

Uhm

Aku?

Aku tidak mengerti apapun itu.

Aku?

Aku tidak dapat membedakannya.

Aku?

Aku tidak ingin terus berada dalam keadaan membingungkan ini.

Uhm, seandainya bisa, mungkin aku hanya ingin dapat membedakan mana yang nyata dan tidak nyat. Habisnya setiap aku bermain peran, selalu saja nggak bisa bedain mana yang in dan out. Terkadang hal itu membuat aku bingung sendiri. Tahu sendirilah aku ini orangnya gimana. Ini pertama kalinya kayaknya aku udah ngebuat salah ke orang. Aku chat, eh nggak dibales. Aku beneran salah ya? Maaf kalo gitu. Aku.. mungkin memang nggak baik buat deket sama orang-orang lain dalam permainan peran itu. Tapi terima kasih udah mau jadi temen waktu aku masih buta. Aku nggak tahu sebenarnya sekarang apa yang ada di pikirannya. Tapi entah mengapa aku ngrasa bersalah, bahkan sekarang aku nggak ngerasa ngantuk.

Maaf.

Minggu, 19 Februari 2012

Kau dan Aku

Jika kau dan aku jalannya telah berbeda
Haruskah kita berharap langit 'kan beri jawaban?

Sementara aku berhenti dulu nulis FF. Aku cuma pengen ngasih secuil ingatan di otakku dalam blog tersembunyi ini. 

Ya, aku memang menyukainya. Sejak tiga tahun yang lalu aku benar-benar menaruh hati padanya walau aku sudah mengenalnya beberapa bulan yang lalu.

Hari rabu kemarin dia sms aku. Tanya tentang kehidupanku di Jember tanpa dia tahu bahwa aku sudah nggak kuliah disana. Well, aku pikir awalnya mungkin dia ingin mencari refrensi. Namun nggak tau kenapa ini sepertinya aku yang terlalu GR. Dia bilang kalo dia mau kuliah di Jember, tapi berhubung aku nggak disana, dia—sepertinya nggak jadi. Dan dia juga bilang sama aku bilang ke orang tuanya kalo mau kuliah di Jember tapi orang tuanya marah-marah dan akhirnya luluh membiarkan dia milih kuliah dimana. Well, sedikit GR kan? Iya, aku tahu aku menyukainya dan selalu berpikir bahwa dia juga menyukaiku tanpa aku tahu yang sebenarnya.

Entahlah, namun dia juga bilang

"Kalo kamu nggak di Jember aku sama siapa?"—disini aku GR lagi. Ah yaa, pikiranku selalu menjadi GR jika dia yang mengatakan hal seperti itu. AAAAA aku nggak suka deh.

Dan ketika itu aku juga berpikir, kenapa jika aku pilih jalan kanan dia pilih jalan kiri dan ketika aku ingin melangkah ke kiri, eh dia mengikuti ke kanan. Berasa aku dan dia memang nggak akan bertemu di satu titik. Dan entah mengapa juga aku masih saja selalu GR terhadap dia. Mencoba hilangkan rasa ini tapi ya gimana ya.. itu nggak bisa di hilangkan, karena masa yang lalu adalah kenangan di masa yang akan datang. Well, mungkin segini dulu. See ya di FF berikutnya jika feel chara yang ku bikin FF muncul lagi.

Kamis, 09 Februari 2012

So Shy; Winter, 1997

Saturday, 6 December 1997

Malam yang dingin aku duduk di kursi yang tidak seberapa empuk namun aku merasa nyaman dengan kursi itu terlebih karena letaknya yang berada tepat di depan perapian ruang rekreasi Ravenclaw. Panji-panji berlambang gagak berwarna biru sangat dominan di ruang ini. Ya, setidaknya itulah gambaran ruang rekreasi Ravenclaw yang menjadi saksi kegalauanku. Entah itu galau karena ujian OWL tahun lalu atau karena masalah cinta.

Sebulan yang lalu aku bertemu dengan seorang pemuda yang beberapa minggu ini tak henti-hentinya membuat wajahku memerah. Bukan, bukan karena dia memukulku. Dia pemuda yang baik, dan entah mengapa wajahku selalu merah jika dekat dengannya. Rasanya hampir sama seperti setahun yang lalu ketika salah seorang pemuda Slytherin memberiku sekotak coklat muggle di bawah pohon pinggir Hutan Terlarang tepat ketika hujan salju sedang menyapa. Namun akhirnya tak semanis seperti coklat yang ku bayangkan tentang cinta. Tak berapa lama setelah pemberian coklat itu, bersenda gurau di kelas dan entah apa lagi yang telah ku lakukan bersamanya aku melihatnya menggandeng seorang gadis Gryffindor yang ku ketahui bermarga Hopper.

A basket; Autumn 1997

Hari-hariku semakin terasa berwarna ketika aku mengenalnya. Pemuda itu sangat ramah kepadaku walau wajahnya selalu datar—hingga pada awal-awal aku mengenalnya, ku kira dia tidak suka dengan gangguan-gangguan tak sengaja yang kubuat. Entah mengapa aku selalu merasa hariku tak lengkap jika belum menyapanya walau hanya untuk sekedar melempar senyum.

Awan gelap di luar selalu datang akhir-akhir ini, namun hari ini berbeda. Langit biru menghiasi Hogwarts di siang hari yang mungkin akan lebih tepat jika di katakan menjelang sore hari karena matahari sudah tak terlalu tinggi. Aku duduk di meja Asrama Ravenclaw, di Aula Besar menunggu balasan surat yang ku kirimkan untuk Mum dan Dad yang sebelumnya mereka melarangku untuk kembali ke Hogwarts karena alasan dia yang namanya tak boleh di sebut telah kembali. Well, jadi mereka menyuruhku untuk selalu mengutus Twynie untuk mengirimkan surat untuk mereka.

Selasa, 07 Februari 2012

Meet you— Autumn 1997

Hari itu adalah hari dimana ketika sesosok yang telah mengenalkanku pada sesuatu yang selama ini sering aku impikan, hari dimana aku bertemu dengan seseorang yang akan merubah kehidupanku kelak dan aku akan dijadikan miliknya.

Seperti biasa, setiap hari aku selalu di sibukkan dengan tugas-tugas yang tak hentinya selalu ada di setiap hari. Entah itu mengenai Ramuan, Ramalan, Mantra, Rune Kuno maupun Arithmancy. Well, walaupun Arithmancy tidak masuk ke dalam daftar kelas pilihanku, tapi aku ingin sekali mempelajarinya dan karena itulah sering kali kini aku menghabiskan waktu di perpustakaan walau hanya untuk sekedar mencari buku Arithmancy yang menarik untuk kubaca.Mencari buku Arithmancy di sela-sela buku yang lainnya memang tidak semudah mencari buku mantra yang tentunya cukup banyak di perpustakaan ini. Jika saja aku memilih untuk bertanya pada Madam Pince, pasti aku akan menemukannya namun aku tidak melakukannya. Bukan, bukannya aku tidak suka jika harus menuju meja madam Pince, tapi aku hanya sungkan karena hampir setiap waktu aku selalu bertanya pada belia dan menurutku mungkin akan lebih baik jika aku berusaha untuk mencarinya sendiri.

Waktu telah berlalu cukup lama hingga aku menemukan buku selain buku Arithmancy yang ku cari, yaitu aku menemukan buku yang sangat menarik perhatianku kala itu, sejarah tentang makhluk-makhluk yang sering kali di anggap hanya mitos belaka di dunia muggle namun benar-benar nyata di dunia sihir, seperti naga. Well, alasan mengapa aku tertarik dengan buku ini adalah karena aku memang sangat suka sekali dengan hal yang berbau seperti ini, dan juga aku bercita-cita sebagai seorang sejarawan—yang tentu saja tidak akan terlalu jauh dengan hal-hal yang berbau jaman dahulu termasuk binatang-binatang tersebut. Dua buku yang bisa dibilang tidak cukup tipis untuk ku bawa sendiri dan hal ini membuatku sadar bahwa aku tidak bisa menambah buku lagi untuk kupinjam, well dan aku memutuskan untuk membacanya sebentar namun hal itu tidak jadi ku lakukan karena ku pikir membaca di halaman pasti akan lebih menyenangkan dengan di temani oleh angin musim gugur di Hogwarts ini.

Followers